Skip to main content

Posts

Gadget: Friend or Enemy?

Sebelum ke tema yang lebih 'enteng' lainnya, marilah kita memasuki tema yang sedikit lebih berbobot dan sering diperdebatkan semua emak-emak di seantero dunia. Bukan hanya di Indonesia saja, tapi sedunia pasti punya pandangan berbeda-beda tentang hal ini: GADGET!  Gadget di Indonesia sering dikonotasikan dengan smartphone dan tablet. Buat orang tua, gadget sering dilihat sebagai teman baik atau musuh terbesar anak. Alhasil, orang tua kadang mengambil langkah yang ekstrim: melarang atau menyerah pada keinginan anak untuk main gadget. Saya memiliki beberapa teman atau kenalan dari dua 'kubu' ini. Ada orang tua yang sama sekali tidak mengijinkan anaknya bermain atau memiliki gadget. Mereka takut akan efek negatif dari gadget: kecanduan, merusak mata, keterlambatan fungsi motorik dan masih banyak lagi. Pernah saya baca artikel yang mengatakan bahwa gadget itu seperti drugs untuk anak-anak. Ngeri ya! Ada juga teman-teman saya yang sangat terbuka dengan adanya gadget,
Recent posts

God's Plan for My Slippers

Look at my cute slippers! Lucu banget, kan!  Slippers ini diberikan sebagai oleh-oleh, dari seorang sahabat yang pada saat itu baru pindah ke New Zealand . Kalau saya tidak salah, 4 atau 5 tahun lalu slippers ini diberikan. Saya adalah orang yang practical . Boro-boro pakai slippers di rumah, sandal jepit biasa pun tidak! Di dalam rumah, kami biasa nyeker alias tidak pernah pakai sandal. Jadi si slippers domba Selandia Baru yang baru ini resmi menjadi penunggu lemari baju. Setelah Axl lahir dan beranjak sedikit dewasa, slippers ini ditemukan tanpa sengaja. Axl suka sekali dan kerap memainkan slippers ini. Namun lagi-lagi, setelah beberapa minggu, si domba kembali menjadi penunggu lemari. Anak balita itu sangat gampang bosan! Sampai 1 bulan yang lalu. Di salah satu tempat ngantor saya yang baru, saya harus bekerja di ruangan yang super dingin! Tiba-tiba, saya teringat akan slippers domba ini! Ternyata benar, slippers ini bisa menghangatkan kaki saya dengan sempurna. Dari

Persahabatan di Usia 30an

Arti dan wujud seorang sahabat bisa berubah-rubah. Di usia belasan, sahabat adalah seseorang atau sekelompok orang yang begitu dekat, dimana kita menghabiskan banyak waktu bersama. Setelah keseruan di usia belasan, sahabat akan datang dan pergi, yang baru akan datang, yang lama bisa meninggalkan. Tapi, ada satu dua tiga, bahkan lima atau, jika beruntung, sepuluh, yang tetap selalu ada untuk Anda.  Di usia belasan, buat saya, sahabat adalah mereka yang bersama-sama dengan saya setiap saat, setiap waktu. Nonton, makan, ngobrol di telpon sampai berjam-jam. Pernah dengar istilah ‘nggak ada loe, ngga asik!’ Sepertinya itu motto persahabatan di usia belasan.  Memasuki usia dua puluh, banyak sahabat baru yang dipertemukan pada saat sama-sama merantau. Entah mereka adalah teman kos alias flatmates , teman seperjuangan bekerja di restoran atau toko Indonesia di Belanda, atau juga teman satu kampus dan teman satu kantor. Persahabatan saya di usia duapuluhan terjadi karena rasa senasib sepe

Potty Training: Semangat Santai

Memang menulis itu butuh ketekunan. Lihat saja, baru masuk hari ke-13, saya sudah bolong berapa kali!  Potty training juga membutuhkan ketekunan yang tinggi. Menurut saya, potty training bukan melulu 'tugas' sang anak untuk bisa buang air di toilet, tetapi juga kerja sama orang tuanya untuk mendukung serta mempersiapkan lingkungan yang mendukung. Jujur, yang lebih takut adalah saya saat topik potty training ini mulai muncul di beberapa artikel atau buku yang saya baca. Saya tidak yakin mampu untuk tekun dan tidak patah semangat. Waktu itu Axl sudah memasuki usia 2 tahun. Untungnya di sekolah, potty training sudah di kenalkan dari awal Axl sekolah, sekitar usia 1,5 tahun (well, sekolahnya Axl bukan sekolah serius kok, saya akan coba bahas di postingan selanjutnya). Di sekolah, usia berapapun anaknya, tidak diijinkan pakai pampers. Pasti lah 'bocor' dimana-mana, tetapi di situlah anak-anak mulai belajar untuk buang air di saat dan tempat yang seharusnya. Aw

(Latihan) Makan

Hal berikutnya yang begitu menarik untuk dibahas, yang membuat saya terobsesi browsing setiap harinya adalah MPASI atau Makanan Pendamping ASI.  Semenjak Axl berusia 4 bulan, saya sudah mulai 'gatal' ingin memberikan makanan padat untuknya. Apalagi orang tua dan dokter anak yang merasa bahwa anak usia 4 bulan bisa diberi air jeruk manis. Tapi karena banyak sumber yang melarang, saya pun menunggu 2 bulan lagi. Persis di usia 6 bulan, Axl mulai makan makanan padat. Rasanya saya ingin dia langsung mencoba semua makanan, tetapi saya menurut dengan anjuran beberapa sumber yang menyarankan untuk mencobakan satu per satu jenis buah atau beras-berasan, untuk mengetahui apakah ada alergi. Kalau tidak salah, makanan pertama Axl adalah pisang dan kemudian alpukat. Mana tahan 1 minggu, 3 hari sudah saya seling dengan buah lain! Untungnya Axl baik-baik saja. Sampai usia 9 bulan, makanan Axl adalah buah-buahan dan gasol (tepung beras merah dan tepung kacang hijau instan). 

Tidur Flexible

Perdebatan kedua yang sering seru dibicarakan di berbagai forum atau media sosial adalah pola atau cara tidur bayi. Melanjutkan cerita tentang dunia bayi yang sering diperdebatkan, hari ini saya akan berbagi tentang cara tidur saya, suami dan Axl, mulai dari dia lahir sampai sekarang hampir 3 tahun. Sebelum Axl lahir, berbagai buku, artikel dan diskusi di forum dan media sosial saya baca dan amati. Sumber dari luar negeri, banyak yang menyarankan bayi ditidurkan di ranjang terpisah, atau baby cot. Sumber dalam negri, banyak yang condong ke tidur seranjang dengan orang tua. Ada juga sumber luar negeri yang menyarankan bayi sudah memiliki kamar terpisah semenjak lahir, melatih bayi untuk mandiri atau yang sering disebut 'self soothing'. Ada yang setuju, tapi ada juga yang menyarankan pemisahan kamar ini dilakukan setelah si bayi berumur di atas 6 bulan. Saya dan suami awalnya memutuskan untuk menggunakan baby cot dan meletakkannya di kamar kami. Alasannya, saya in

Pabrik Susu

Setelah tulisan kemarin, beberapa hari ke depan, saya ingin membagikan beberapa hal yang sering diperdebatkan oleh calon ibu, ibu-ibu muda, ibu-ibu 'senior', dan orang tua atau mertua yang sudah banyak makan asam garam. Tolong dibaca dengan 'a grain of salt', karena layaknya setiap manusia, bayi atau anak itu berbeda-beda. Kadang kita lupa akan hal ini sehingga kita menerapkan 'cookie cutter approach' ke anak-anak kita. Apa yang kita baca, kita terapkan mentah-mentah ke anak. Ini yang sebaiknya dihindari. Bukan hanya dalam membaca tulisan saya, tapi dalam membaca atau menerima semua informasi khususnya tentang keluarga dan anak. Susu adalah sumber makanan terpenting, untuk bayi di bawah 6 bulan, dan banyak yang mengatakan ASI adalah sebuah keharusan. ASI ekslusif sampai S3 menjadi obsesi para ibu-ibu muda, membuat mereka melakukan segala cara, makan ASI booster, membeli pompa ASI terbaik dan masih banyak lagi. Di beberapa hari awal kehidupan Axl, s