Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2007

Lupa

Bukan hanya kalangan opa dan oma saja yang bisa dan pernah lupa. Kita yang masih muda, bahkan yang masih umur belasan atau duapuluhan bisa saja terserang ‘penyakit’ lupa. Dulu waktu Nie masih SD pun sudah sering lupa, dan maminya Nie tidak terima kalo Nie bilang “Lupa, Mi.“ Apalagi kalo untuk hal-hal yang berhubungan dengan ulangan atau barang yang hilang. “Lupa, Mi, ditaruh dimana“ atau “Lupa rumusnya“ adalah jawaban yang paling sering Nie ucapkan, padahal Nie tau mami ngga suka. Hm, mungkin karena gampang ya bilang lupa? Ternyata, banyak sekali cerita seru, memalukan ataupun menggelikan seputar penyakit ‘lupa’ini. Temen Nie, berinitial FK, emang dikenal sebagai Tukang Lupa mulai dari masa kuliahnya. FK bercerita pas dulu dia kuliah sering banget dia bolos kuliah, bukan karena dia malas, tapi karena dia lupa. Yang paling berkesan adalah pas semua teman-teman satu jurusan lagi bersiap-siap untuk menuju ke kelas selanjutnya, FK malah lenggang kangkung pulang ke rumah dan TIDUR. Soreny

Ketawa doeloe: Casino Royal 2

Institut Tukang Pukul Indonesia

Hari Kamis lalu, Nie sudah bertekad untuk membeli Koran Tempo. Bang Bi-E uda berkali-kali mempromosikan koran ini, tapi Nie masih belum aja beli. Di sini susah sih, cari koran itu! Kompas aja, yang begitu membumi suka telat sehari. Yang paling tepat waktu ya Serambi. So, finally, hari Kamis kemarin, Nie beli Koran Tempo pas nunggu pesawat di Bandara Polonia, Medan. Kekerasan di IPDN, Korban Diduga Tewas Dianiaya. Begitu tulis Headline di Koran Tempo hari Kamis itu. Nie emang tidak tahu banyak tentang IPDN, kecuali kepanjangannya Institut Pemerintahan Dalam Negeri, itupun setelah nyontek di Koran Tempo. Cliff Muntu, mahasiswa tingkat 2, tewas. Dugaan polisi, penyebabnya adalah penganiayaan yang dilakukan oleh senior-seniornya. “ Pamong Praja itu pelayan public. Kenapa harus dilatih secara militeristik? ” kata Pak Muladi, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional. Emang bener banget! Lulusan IPDN ini nanti akan mengabdi kepada Negara, menjadi pegawai negeri, pelayan masyarakat, kalau nasi

FENOMENA ACEH 07

Daster Batik Pagi itu Nie datang ke kantor disambut oleh kumpulan ibu-ibu yang tidak jelas dari mana dan mau apa. “Assalamualaikum” sapa Nie. “Waalaikumsalam” jawab kumpulan ibu-ibu itu serempak. Nie menyunggingkan senyum, berusaha menampilkan senyum yang termanis untuk mereka. Semakin aku masuk ke dalam kantorku, semakin banyak ibu-ibu yang duduk lesehan di depan kantorku. Nie bergegas masuk ke ruangan admin, ada Hetty dan Wardah di sana. “Dah, kenapa ada ibu-ibu itu di situ?” Nie bertanya ke Wardah asal muasal ibu-ibu itu. “Oh, Pak Welly menugaskan karyawan kita yang di lapangan untuk mencari ibu-ibu yang membutuhkan sumbangan baju daster. Ibu-ibu korban tsunami. Ya itulah, bu, ibu-ibu yang akan diberikan sumbangan baju daster.” Nie mencermati kumpulan ibu-ibu itu. Ada yang masih muda belia, ada yang sudah tua, entah apa rambutnya sudah putih semua karena uban, atau disemir hitam mengkilap. Aku tak tahu, karena semua ibu-ibu menutupi auratnya, dari kepala sampai ujung kaki. Jadi k

Sesak Nafas

Sudah beberapa hari ini saya suka ngga bisa nafas dengan normal. Hari ini kayaknya lebih parah. Ukuran paru-paru saya kayaknya mengecil, benar-benar mengecill,... ciyut! Trus, saya coba tarik nafas lagi. Ih, dada saya malah sakit. Saya jadi ngos-ngosan, kayak abang becak yang habis mengayuh becaknya dari pondok indah ke kebun jeruk (emang ada becak di Jakarta?), atau dari jalan kapasan ke dharmahusada. Or kayak orang lari-lari keliling monas seharian. Duh, kok makin ngos-ngosan. Saya ambil air minum. Slurup,... dingin. Tapi dada saya masih sakit. Nafas saya masih satu-satu. Saya minum lagi. Glek, glek, glek,... Uhuk,..uhuk,.. saya malah batuk. Masih ngos-ngosan. " Nie, ayo berangkat. pesawat ke Medan uda mo berangkat tuh! " Ah, I'm out of breath. Tuhan, kenapa aku harus ke Medan? p.s. pray for me, please