Skip to main content

Persahabatan di Usia 30an

Arti dan wujud seorang sahabat bisa berubah-rubah. Di usia belasan, sahabat adalah seseorang atau sekelompok orang yang begitu dekat, dimana kita menghabiskan banyak waktu bersama. Setelah keseruan di usia belasan, sahabat akan datang dan pergi, yang baru akan datang, yang lama bisa meninggalkan. Tapi, ada satu dua tiga, bahkan lima atau, jika beruntung, sepuluh, yang tetap selalu ada untuk Anda. 


Di usia belasan, buat saya, sahabat adalah mereka yang bersama-sama dengan saya setiap saat, setiap waktu. Nonton, makan, ngobrol di telpon sampai berjam-jam. Pernah dengar istilah ‘nggak ada loe, ngga asik!’ Sepertinya itu motto persahabatan di usia belasan. 

Memasuki usia dua puluh, banyak sahabat baru yang dipertemukan pada saat sama-sama merantau. Entah mereka adalah teman kos alias flatmates, teman seperjuangan bekerja di restoran atau toko Indonesia di Belanda, atau juga teman satu kampus dan teman satu kantor. Persahabatan saya di usia duapuluhan terjadi karena rasa senasib sepenanggungan atau karena sama-sama anak rantau. 

Memasuki usia tiga puluh, sahabat rantau sudah silih berganti. Kita dipisahkan oleh benua dan perbedaan waktu. Persahabatan di usia tiga puluhan ini menjadi sangat berbeda. Jangankan berkomunikasi setiap hari, kadang dalam waktu sebulan, kita hanya bertukar pesan lewat WA satu atau dua kali. Acara 'kopi darat' bisa terjadi setahun sekali, bahkan ada yang 4 tahun sekali. Jika dipikir-pikir, apakah layak kami ini disebut sahabat? 

Buat saya kehadiran fisik dari seorang sahabat bukan lagi yang utama. Banyak orang yang dengan bangganya masih boleh saya panggil ‘sahabat’, padahal mereka tinggal di Holland, New Zealand, Australia, dan tersebar di seluruh kota di Indonesia. Kualitas dari persahabatan adalah hal yang terpenting untuk menjaga keawetan sebuah hubungan. “It is the thought that counts!” Saya setuju dengan statement ini. Komunikasi, kopi darat atau hadiah, bukanlah sebuah tolak ukur persahabatan. Tetapi perhatian dan ‘keep in touch’

Keep in touch’ bukanlah sebuah statement basa-basi yang hanya kita ucapkan di akhir pertemuan atau jika kita akan berpisah dengan seseorang. Sahabat akan selalu ‘keep in touch’, entah itu seminggu sekali, sebulan sekali atau beberapa kali saja dalam setahun. 

Buat saya, cara ‘keep in touch’ yang berarti adalah mengingat Ulang Tahun. Saya memiliki Birthday Calendar yang saya beli di Belanda, dimana saya tuliskan ulang tahun semua sahabat dan keluarga. Mengingat ulang tahun seorang Sahabat menandakan bahwa kita masih memikirkan dia dan menganggap dia penting. Ini juga cara saya untuk ‘keep in touch’ dengan sahabat.

Untuk semua sahabat saya, thanks for being my friends. I hope I have done enough to show that you are my precious friens and I do really appreciate our friendship.

Comments

Popular posts from this blog

God's Plan for My Slippers

Look at my cute slippers! Lucu banget, kan!  Slippers ini diberikan sebagai oleh-oleh, dari seorang sahabat yang pada saat itu baru pindah ke New Zealand . Kalau saya tidak salah, 4 atau 5 tahun lalu slippers ini diberikan. Saya adalah orang yang practical . Boro-boro pakai slippers di rumah, sandal jepit biasa pun tidak! Di dalam rumah, kami biasa nyeker alias tidak pernah pakai sandal. Jadi si slippers domba Selandia Baru yang baru ini resmi menjadi penunggu lemari baju. Setelah Axl lahir dan beranjak sedikit dewasa, slippers ini ditemukan tanpa sengaja. Axl suka sekali dan kerap memainkan slippers ini. Namun lagi-lagi, setelah beberapa minggu, si domba kembali menjadi penunggu lemari. Anak balita itu sangat gampang bosan! Sampai 1 bulan yang lalu. Di salah satu tempat ngantor saya yang baru, saya harus bekerja di ruangan yang super dingin! Tiba-tiba, saya teringat akan slippers domba ini! Ternyata benar, slippers ini bisa menghangatkan kaki saya dengan sempurna. D...

What would you do if you could live another life

What would you do if you could live another life just for one day? This line is quoted from "Last Chance Harvey" . I have watched this film twice and still feel so touched everytime I watch it. Kate Walker, the main character in this film, uttered this question to Harvey Shine. In this story, both of them lived a life that is not very happy-chappy. Kate lived in a pathetic, boring life; Harvey in a screwed one. When Kate asked this question, both of them seem to ponder: what if I could live a different life, just for one day, just to try out. This question makes me ponder, too: what would I do if I was given a chance to live any kind of life I want, just for one day? Where would I be? What would I do? Who would I be? Lately I have been thinking about the life I am living right now. Everything is so well-planned. I graduated from high school, went abroad to study, came back home to work, went abroad again to do my master, working in a reasonably good organisation, and going ho...

The Bright Side

Always look at the bright side of life - Monty Phyton This song has been sung during the Olympics closing ceremony last year; and this has been my cheer up song ever since. Thus, referring to my earlier blog about how I was not happy with the way we got married, well, I tried to look back and to see the bright side of that circumstance. So if I could share a few things, which might be helpful to you, who are in the middle of preparing a wedding, here they are: 1. Wedding dress I was really happy with my wedding dress. I love the designer, Fifi Firianty , which was very helpful and very professional, and of course her work is stunning. From the first time I met her, I knew there was a click. So, if you look for a designer, who has a European style, please do consider her.  But just some tips, make sure you ask to have you dress fitted one day before the wedding. I had it measure 3 days before the wedding, but in the last 3 days, I ate almost nothing. So this dress...