Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2006

SMS

Dear Bil Billy, Semalaman aku tidak bisa tidur. Aku berbaring namun tak menutup mata. Tanganku sibuk membolak-balik handphone. Aku membaca ulang SMS yang engkau kirimkan padaku akhir-akhir ini. Kau membuatku terjaga. Aneh. Aku seperti jatuh cinta pada huruf-huruf yang ada di layer handphone perakku yang sudah tua. Aku tersenyum, menangis, bahkan aku rindu pada huruf-huruf itu. Aku tidak yakin apa itu juga berarti bahwa aku merindukanmu. 00.37 Aku masih terjaga dan sibuk membalas SMS-mu. Kamu bilang, jika mungkin kamu ingin menikahiku. Aku tersenyum masam, sambil berpikir, I wish you could. Bil, aku tidak pernah paham akan cintamu. Dalam setahun terakhir ini, berapa kali kita bertemu? Yap, hanya satu kali, Bil! Itulah kali pertama dan terakhir aku melihatmu. Sisanya, hanya SMS-SMS inilah yang cukup berani mewakili perasaan kita. Aku bingung, bimbang, tidak bisa mencerna perasaanmu padaku. Apa yang kamu cari dariku, Bil? Apa yang kamu lihat dariku? Kematangan dan pengabdian.

Masalah

Tidak untuk disimpan, tetapi untuk dibagikan Tidak untuk disesali, tetapi untuk dirayakan Bukan tanda kelemahan, melainkan kekuatan Tidak menjauhkan, tetapi mendekatkan kita dengan Tuhan Tidak untuk dihindari tetapi dihadapi Bukan kutuk, tetapi berkat Bukan cobaan, melainkan ujian untuk mendapatkan mahkota (diambil dari buku yang lagi dibaca Kak Frida)

Kursi Tua

11-11-2006 Aku ingin duduk di sana. Menikmati tiap detik tawamu. Ingin aku duduk lama di kursi tuamu, duduk sangat lama. Ingin kupandangi satu-satu poster-poster selebriti sepak bola yang mengihiasi dinding kamarmu, yang seakan ingin menguasai dinding kamarmu, tidak mengijinkan secercah warna putih muncul di sela-selanya. Mereka lambang kejayaanmu. Di saat engkau masih rela membiarkan kulitmu terbakar teriknya matahari jam dua belas siang. Di saat engkau masih melihat wanita tidak lain adalah penjajah, yang membuat hidupmu menjadi 20 jam sehari, atau kurang. Di saat engkau mungkin tidak pernah melihat dimana aku duduk. Ingin aku berputar-putar di atas kursi tuamu, yang biasa kau pakai untuk menemanimu membunuh malam tanpaku. Malam dimana kau tekan 14 digit nomor dan menanti nada yang menyambungkan dengan separuh jiwamu, separuh nafasmu. Malam dimana engkau berharap bahwa esok adalah akhir dari empat tahun penantianmu. Ah, sayang sekali, besok pun belum bisa menggenapi hitungan

Pergi - 2nd CerPen!

“ Aku sayang kamu, ri! ” Nadanya kali ini benar-benar beda dari biasanya. Terri yang biasanya hanya tersenyum simpul dan menggoda Nando apabila mendengarkan Nando mengungkapkan cintanya, kali ini terpaksa terperanjak dari duduknya. Matanya menatap Nando penuh pertanyaan. Terri menggumam dalam hati, Nando marah. Terri memilih untuk berjalan pelan, tapi pasti, meninggalkan Nando yang menyesal, telah memarahi Terri. *** Rasa sayang Nando tanpa logika, begitu kata John. Terri setuju, tetapi ketika John memutuskan untuk mencaci-maki Nando, Terri sangat tidak setuju. Sudah puluhan bulan mereka berpacaran, dan baru saja mereka masuk ke level yang bisa dibilang cukup serius, dan kali ini, untuk pertama kalinya John membuat hubungan mereka terlihat sangat kekanak-kanakkan. “ John, sudah kubilang! Aku akan menyelesaikan semuanya sendiri, dengan caramu. Tidak perlu emosimu ikut campur. ” Terri jarang sekali marah, tapi apabila dia marah, nampak jelas kedua sungutnya, di sebelah kanan dan kiri. Mu

My first published CERPEN

Kopi Hitam Aku sudah berhenti minum kopi. Hari ini adalah hari yang ke empat puluh tiga aku tidak minum kopi. Sepertinya ini adalah suatu kemajuan. Aku menjadi sangat takut untuk meminum kopi. Mencium bau aroma pahit dan sedap biji kopi pun aku tak sanggup. Lebih baik aku lari, atau menutup pintu kamarku rapat-rapat. Aku ingat beberapa minggu silam, ketika aku mencengkram dadaku dan terduduk di kursi biru dekat meja belajarku. Aku sesak nafas. Bukan karena Galih. Aku kebanyakan minum kopi. Sebenarnya, Galih memang mempunyai sedikit peran dalam membuatku sesak nafas. Sudah cukup lama, untuk ukuran kami, kami tidak berkomunikasi. Hal itulah yang membuatku ingin berpuasa, hanya puasa tidak makan, dan yang pada akhirnya membuat aku sesak nafas. Pada saat itu, aku memang pecandu berat kopi. Aku tidak bisa disebut ‘sudah bangun pagi’ kalo belum meminum seteguk kopi pahit, officially cukup seteguk, tapi nampaknya itu jarang sekali terjadi. Biasanya aku paling sedikit meminum secangkir kopi tu

Besok,..

Nia lagi sedih, sekaligus releaved. Sedih, karena Nia besok bakal pergi ke Meulaboh lagi. Tapi releaved, karena finally Nia sudah bikin decision, yang probably good for one side and not for another side. Kali ini benar-benar short-term trip, karena Nia cuma +/- 1 bulan di Meulaboh. Nia akan finish up everything I have started dan mencoba untuk pulang ke Surabaya on December. Doain ya,.. Be home for birthday, Christmas, Stefy's examination, Stefy's birthday and old & New is very meaningful to me. Farewell, Nia!

Kata mereka

Kata Golda: " ni..ni...aku pengen ngomong k kmu satu ni..klo kmu uda ada komitmen ma stefy..ntah sekecil apapun komitmen itu..dijalanin yang serius ya...aku ga blg kmu kudu stick ma stepy.nope...aku cmn pengen blg tentang komitmen nya...supaya kmu jalanin aja..soalnya aku ngerefleksiinnya jadi sama seperti hub kita ma DIA kan..sekecil apapun komitment kita..pasti DIA juga ga mau dikecewakan. ." Kata Nietz: aku uda baca blogmu puji Tuhan nie klo uda gpp klo bukan krjaan'Nya...sapa lagi coba... ;) hehehe... sbnrnya kmrn aku sempet bngung pas kmu nanya gmn enaknya ma stefy cm aku pikir dlm sgala hal lebih baek jujur walopun awalnya susah...tp endingnya pasti baek... Setelah apa yang terjadi, Nia jadi merefleksi diri. Sudah seberapa siapkah saya melangkah ke jenjang selanjutnya? Apakah Nia masih suka lirik sana sini, berharap there could be another boy next door that could be my actual soulmate? Atau Nia sudah yakin kalau Stefy ini, so far, 'the one' yang Tuhan kasih

Lebih enak yang mana?

"Lebih enak dicintai, daripada mencintai." Aku dulu tertawa ngakak mendengar ungkapan ini dari mulut teman baikku, yang sekarang aku anggap seperti kakakku sendiri. Bagaimana mungkin dicintai itu lebih enak? Aku jadi mengingat kisah klasik Siti Nurbaya. Mbak Siti yang lemah. Mbak Siti yang wanita. Mbak Siti yang manut kata orang tua. Apa enak cuman dicintai Datuk Maringgi? Apa iya dicintai Datuk Maringgi bikin happy? Trus saya jadi teringat pepatah wong jawa kuno. “ Tresna jalaran saka kulino .” Apa iya cinta yang datang begitu saja, yang merupakan hasil dari perasaan cinta yang diberikan ke kita, membuat hari kita lebih indah? Apa iya jika kita dicintai tanpa kita mencintai orang itu bisa bikin hubungan kita bahagia? Live happily ever after? Tapi dalam kasus kehidupanku, tepatnya yang terjadi 2 hari yang lalu, perasaan dicintai ini ternyata memberikan doping tersendiri buatku. Seminggu kemarin, kembali terulang peristiwa tidak bisa tidur. Ketika mata ini terpejam, tiap deti

Nonton Glenn

Seru abieZ! Heheh,.. bukan glennya. Beberapa pembaca setia 'sisi lain' mungkin pernah dengan kalau Nia kurang suka Glenn. Tapi kenapa hayoo nonton Glenn?? Berubah alirankah?? Bukan. Kemarin ini, rencananya ngasih tiket surprise buat Si Stefy (From now on, he didn't want me to call him Bang, kesannya kayak orang2 desa, katanya!). Tapi karena malam sebelumnya kami bertengkar (stupid me!), akhirnya surprise itu lebih terkesan seperti seremoni hukuman mati. Aku ngasih amplop berisi tiket dengan hati yang deg-degan. Semalaman aku ga bisa tidur, mikirin, "Mati,.. gimana ya? dia masih mau nonton konsernya ga ya?" Dan pas si Stefy uda menerima amplop berisi tiket nonton GLENN FREDLY (gitu lhoo!!), dia diam dan tersenyum sinis. Jrep! Jrep! Hatiku hancur. Kata-kata selanjutnya adalah,.. " Buat apa ini? Sayang-sayang uang! " Dengan nada yang membuat saya ingin mengambil rencong dan menghunuskannya pada hati saya. Tes! Air mata menetes. Long story short,