Hari ini langit mendung, semendung-mendungnya.
Yang pingin Nie lakukan adalah lompat ke ranjang, berselimut tweety bedcover dan ambil posisi paling nyaman. Atau mungkin baca buku sambil sipping hot choco or hot cappuccino? Both are ideal things to do during cloudy day.
Tapi khusus hari ini, Nie pengen ber-melo-belo plus nangis mungkin. Entah karena hari ini sudah hampir harinya Nie siklus, atau kalau karena memang Nie lagi sedih. Tapi Nie pengen nangis.
Kenapa?
Because everybody has been talking about ‘marriage’ or ‘getting married’ a lot lately. Nie sedih. Entah kenapa Nie sedih.
Beberapa minggu berturut-turut, temen-temen Nie got married. Setiap melihat mereka, ada slight jealousy in my heart, saying “I wish,…” Tapi itu bener just a glance.
Apa Nie iri? Hm, bisa jadi. Mungkin saja Nie iri karena semakin banyak orang-orang yang merasakan indahnya getting married, pakai baju bagus, pre-wedding pictures, kedatangan banyak tamu. Apa Nie pengen untuk mewujudkan mimpi Nie? Garden party, simply nice gown, perfect wedding song, jazzy background music, wedding vow, and many little-yet-special things.
Tapi ketika Nie ingat lagi apa yang terjadi setelah seharian party dan happy dan having fun? Mungkin continuous fight, which can no longer be avoided. Plus neither can you avoid seeing your spouse, because you sleep with him, you eat with him, in conclusion you will see him every single second. Mungkin juga money problem, seperti urusan uang belanja, my and his shopping lifestyle, biaya kehamilan, uang susu bayi, uang sekolah anak, asuransi, de el el. In Laws! It could be a nightmare in any marriage - annoying, bothering and dictator In Laws. Atau, the worst, the moments when I got so bored of him that I would ask for separation (oh, it won’t happen, will it?). Nie takut. Takut belum siap akan semua itu dan belum siap untuk menjadi a good wife or good mom. Akhirnya Nie langsung mikir, NO WAY! Nie masih belum mau married sekarang.
Jadi, intinya Nie emang belum mau married. Trus kenapa Nie sedih?
Apa Nie takut kehilangan teman-teman Nie? Sudah banyak teman-teman yang married meaning mereka will spend most of their time with his or her spouse. Salah satunya adalah temen Nie aka my sister-and-brother-who-fell-in-love-and-decided-to-get-married-soon. Mungkin Nie takut kalo Nie ngga bisa lagi curhat-curhat plus pake acara nangis di telpon. Mungkin juga Nie takut ngga bisa have sarcastic moments with him. Hiks, kok jadi beneran sedih?
Atau, Nie sedih sekaligus sebel karena semua orang menanyakan kapan Nie married. Setiap ke acara-acara besar, terutama acara kawinan, atau ketemu temen lama, baru, setengah baru atau setengah lama, atau pas chatting dan dapat e-mail dari teman yang berada di benua lain, semuanya selalu tanya “kapan kawin?” Rasanya, iklannya Ringgo tuh pas banget! Ya gitu tuh, muka Nie kalo pas ditanyain, sebel sekaligus gemes, kok ngga bosan-bosannya nanyain hal yang samaaaa terus. Kalo mo basa-basi mbok ya cari omongan laen, misalnya “kerja dimana?” atau “wah, anaknya uda berapa?” (hehhehehe, the last option is totally a joke, heheheh).
Ah, whatever, Nie ngga mo mikirin lagi soal married. Capek. Soalnya tiap kali mikir, ujung-ujungnya selalu mentok pada 1 hal, NO MONEY.
So, Nie, “Kapan Kawin?”
“29th March, two thousand somethin'.”
Yang pingin Nie lakukan adalah lompat ke ranjang, berselimut tweety bedcover dan ambil posisi paling nyaman. Atau mungkin baca buku sambil sipping hot choco or hot cappuccino? Both are ideal things to do during cloudy day.
Tapi khusus hari ini, Nie pengen ber-melo-belo plus nangis mungkin. Entah karena hari ini sudah hampir harinya Nie siklus, atau kalau karena memang Nie lagi sedih. Tapi Nie pengen nangis.
Kenapa?
Because everybody has been talking about ‘marriage’ or ‘getting married’ a lot lately. Nie sedih. Entah kenapa Nie sedih.
Beberapa minggu berturut-turut, temen-temen Nie got married. Setiap melihat mereka, ada slight jealousy in my heart, saying “I wish,…” Tapi itu bener just a glance.
Apa Nie iri? Hm, bisa jadi. Mungkin saja Nie iri karena semakin banyak orang-orang yang merasakan indahnya getting married, pakai baju bagus, pre-wedding pictures, kedatangan banyak tamu. Apa Nie pengen untuk mewujudkan mimpi Nie? Garden party, simply nice gown, perfect wedding song, jazzy background music, wedding vow, and many little-yet-special things.
Tapi ketika Nie ingat lagi apa yang terjadi setelah seharian party dan happy dan having fun? Mungkin continuous fight, which can no longer be avoided. Plus neither can you avoid seeing your spouse, because you sleep with him, you eat with him, in conclusion you will see him every single second. Mungkin juga money problem, seperti urusan uang belanja, my and his shopping lifestyle, biaya kehamilan, uang susu bayi, uang sekolah anak, asuransi, de el el. In Laws! It could be a nightmare in any marriage - annoying, bothering and dictator In Laws. Atau, the worst, the moments when I got so bored of him that I would ask for separation (oh, it won’t happen, will it?). Nie takut. Takut belum siap akan semua itu dan belum siap untuk menjadi a good wife or good mom. Akhirnya Nie langsung mikir, NO WAY! Nie masih belum mau married sekarang.
Jadi, intinya Nie emang belum mau married. Trus kenapa Nie sedih?
Apa Nie takut kehilangan teman-teman Nie? Sudah banyak teman-teman yang married meaning mereka will spend most of their time with his or her spouse. Salah satunya adalah temen Nie aka my sister-and-brother-who-fell-in-love-and-decided-to-get-married-soon. Mungkin Nie takut kalo Nie ngga bisa lagi curhat-curhat plus pake acara nangis di telpon. Mungkin juga Nie takut ngga bisa have sarcastic moments with him. Hiks, kok jadi beneran sedih?
Atau, Nie sedih sekaligus sebel karena semua orang menanyakan kapan Nie married. Setiap ke acara-acara besar, terutama acara kawinan, atau ketemu temen lama, baru, setengah baru atau setengah lama, atau pas chatting dan dapat e-mail dari teman yang berada di benua lain, semuanya selalu tanya “kapan kawin?” Rasanya, iklannya Ringgo tuh pas banget! Ya gitu tuh, muka Nie kalo pas ditanyain, sebel sekaligus gemes, kok ngga bosan-bosannya nanyain hal yang samaaaa terus. Kalo mo basa-basi mbok ya cari omongan laen, misalnya “kerja dimana?” atau “wah, anaknya uda berapa?” (hehhehehe, the last option is totally a joke, heheheh).
Ah, whatever, Nie ngga mo mikirin lagi soal married. Capek. Soalnya tiap kali mikir, ujung-ujungnya selalu mentok pada 1 hal, NO MONEY.
So, Nie, “Kapan Kawin?”
“29th March, two thousand somethin'.”
Comments