Blessed Be Your Name
In the land that is plentiful
Where Your streams of abundance flow
Blessed be Your name
Blessed Be Your name
When I'm found in the desert place
Though I walk through the wilderness
Blessed Be Your name
Every blessing You pour out
I'll turn back to praise
When the darkness closes in, Lord
Still I will say
Blessed be the name of the Lord
Blessed be Your name
Blessed be the name of the Lord
Blessed be Your glorious name
Blessed be Your name
When the sun's shining down on me
When the world's 'all as it should be'
Blessed be Your name
Blessed be Your name
On the road marked with suffering
Though there's pain in the offering
You give and take away
You give and take away
My heart will choose to say
Lord, blessed be Your name
Kayaknya saya uda pernah nulis tentang lirik ini
di blog bhs inggris, Free Prayer.
Tapi kayaknya saya bener2 tergugah dengan post teman saya, Ega.
Saya jadi ingat lagu ini, yang saya nyanyikan di kebaktian minggu lalu.
Waktu itu saya ngga nangis, saya cuma meresapi, dan mikir
"Tuhan, kenapa susah sekali mengucap syukur
pada saat-saat susah?"
Kalo pas
In the land that is plentiful
Where Your streams of abundance flow
Kayaknya gampaaang banget buat bilang, Thanks God!
Tapi, pas our roads mark with suffering
kalo gak swearing come out from our mouth, at least kita ngeluh.
Saya kadang lupa kalau Tuhan itu kasih
Saya sempet, once, ngeliat Tuhan tuh kayak suatu sosok yang sombong banget
menguasai semua assets di dunia ini
dan sangat pelitnya membagi-bagikan berkatnya ke anak-anakNya.
Sosok yang berkuasa
yang cuma melihat anak-anakNya menderita
tanpa berbuat apa-apa.
Saya lupa kalau Tuhan itu Kasih.
Ketika nyadar, bahwa Tuhan tuh kasih, dan Tuhan yang take it away.
Ketika nyadar, bahwa Tuhan tuh yang punya semuanya, dan semua barang,
assets yang kita punya sekarang
Itu milik Tuhan.
and they are soon to be gone.
Saya baru bisa nangis.
God, who am I?
Saya jadi ingat, psalm 13, yang juga dinyanyikan minggu lalu.
Saya merasa seperti Daud, yang panggil-panggil Tuhan
tapi Tuhan tidak menyahut.
Lord, how long must I wait? Will you forget me forever?
How long will you turn your face away from me?
How long must I struggle with my thoughts?
How long must my heart be sad day after day?
How long will my enemies keep winning the battle over me?
Lord my God, look at me and answer me.
Give me new life, or I will die.
Then my enemies will say, "We have beaten him."
They will be filled with joy when I die.
But I trust in your faithful love.
My heart is filled with joy because you will save me.
Tuhan saya bosan
Saya bosan menangis
Saya bosan, bangun pagi dengan makan pagi yang sama
merasakan asinnya air mata
Ah, tapi saya ingat
kemarin saya masih makan, sepiring nasi dan sayur mayur
tanpa segentong berlian.
Kata ibu saya,
Tuhan cuma ingin kita bergantung padaNya.
Di saat yang susah, di saat semua jalan buntu
Tuhan cuma pengen kita tahu, dan mengalami
bahwa satu-satunya pertolongan cuma dari Dia.
Berabad-abad lalu, Ayub dipukul oleh gelombang berita buruk yang
bertubi-tubi. Suatu kali istrinya mengatakan agar ia mengutuk Allah dan
mati. Namun, Ayub memberikan jawaban yang sangat dalam:
“Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah,
tetapi tidak mau menerima yang buruk?” (Ayub 2:10).
Tuhan, saya besok mau ke sekolah
untuk belajar bilang
"You give and take away. My heart will choose to say,
Lord, blessed be your name!"
Comments