Pernah melihat rumput tetangga yang lebih hijau? Pasti pernah, karena memang hal ini memang sangat manusiawi.
Menjadi seorang wanita, seorang wanita muda, bukanlah suatu hal yang mudah. Banyak sekali film, sinetron, cerpen, novel, chicklit, you name it, yang membahas tentang kehidupan remaja cewek atau wanita muda.. Mulai dari masalah putus cinta, kelebihan berat badan, broken home, sampai selingkuh. Selalu saja ada drama dalam kehidupan seorang wanita yang bisa dibuat ide sebuah film atau novel.
Menjadi seorang wanita memang sangat tricky. Nie, sebagai ‘not a girl not yet a woman’ woman, mengalami kehidupan yang banyak sekali ‘ups and downs’- nya. Nie yang bertinggi badan 160an dan berat yang cukup proporsional, kadang merasa sangat minder dengan bentuk tubuh Nie, terutama mengingat obsesi Nie waktu masa muda, pengen jadi model. Berat badan Nie yang bisa dibilang okay, selalu saja terlihat lebih apabila Nie berdiri di depan cermin.
Ada orang lain, yang memiliki badan sekurus model dan tinggi semampai merasa kurang dengan dirinya. In fact, dia adalah salah seorang roommate Nie selama 1 minggu di Jakarta. Dia bilang, “I wish I had your body. It is sexier than mine.” What? My body? Sexy? You must be hallucinating, pikir Nie waktu itu. Stefy yang mendengar cerita Nie aja ketawa ngakak dan menghina Nie abis-abisan. (And maybe you are now!)
I don’t know whether she gave a sincere comment, but the point is kadang kita ngga puas dengan apa yang kita punya and, sadly, someone else could die to have what we have.
Nie always wish untuk menjadi someone yang lebih calmer, lebih behave. Nie orang yang cablak, yang suka teriak-teriak, yang kalo ketawa ngakak. Nie pengen bisa jadi orang yang lebih tenang, yang lebih bisa mengatur gerak-gerik, nggak pencilakan, kalo orang jawa bilang. But, no,.. Nie is still Nie. Nie equals rame. But, ada orang yang would die for having ‘talents’ like mine. Orang yang pengen banget bisa PD ngomong di depan umum, yang bisa hang out ama sapa aja.
Again, there are some people that would die to have what we have that we ain’t proud of. Yap, life seems so unfair for some of us.
But, life is actually very fair. It is just how we accept it.
Stefy once shot his best joke to one couple, “yes, life is fair. She (pointed the girl) has a lot of strengths and less weakness. And you (pointed the boy) has less strengths and lots of weaknesses.”
Hehehe *laughing* No, it doesn’t work that way. Tuhan ngga sejahat itu.
Semua itu tergantung bagaimana kita melihat kekurangan kita sebagai suatu kelebihan yang belum terpoles.
Misalnya beberapa dari kita memang memiliki kelebihan – kelebihan lemak – alias overweight. Jangan melihat itu sebagai suatu kekurangan, karena ketika kita melihatnya sebagai suatu kekurangan, kita akan give up and accept it, saying “yeah,… it is me!” Tapi, lihatlah itu sebagai unpolished diamond. Kita harus work out supaya badan kita terlihat lebih berbentuk, sedikit mengatur porsi makan dan voila,… kita memiliki badan yang berbeda!
Atau mungkin itu juga tergantung bagaimana kita memberikan penilaian terhadap diri kita. Berapa nilai yang kita berikan untuk diri kita?
Banyak dari kita yang memberikan nilai yang rendah terhadap diri kita sendiri. Banyak orang yang feeling inferior, feeling that himself is no one, is nothing! Nie pun dulu pernah berada di posisi ini. Nie pernah merasa kalo Nie ngga bisa apa-apa, tampang juga ngga cantik, not talented, and useless.
Masakan kita mau memberikan nilai rendah terhadap diri kita sendiri?? Kalo kita merendahkan diri kita, gimana kita bisa mengharapkan orang lain menghargai kita? Apa mereka bakalan ngasih nilai ‘tinggi’ buat kita? No, they wouldn’t!
Ayo, kita belajar untuk lebih menyayangi diri kita sendiri, karena di saat kita bisa menyayangi diri kita, apa adanya, kita akan lebih bisa menyayangi orang lain, sincerely.
For the girls, yap, Girl power! Kita harus bisa menjadi wanita-wanita yang berbeda, wanita yang lebih menyayangi dirinya sendiri, sehingga kita bisa lebih menyayangi orang-orang di sekitar kita dan bisa membuat perubahan di dunia ini.
That’s what we call the circle of compassion!
Menjadi seorang wanita, seorang wanita muda, bukanlah suatu hal yang mudah. Banyak sekali film, sinetron, cerpen, novel, chicklit, you name it, yang membahas tentang kehidupan remaja cewek atau wanita muda.. Mulai dari masalah putus cinta, kelebihan berat badan, broken home, sampai selingkuh. Selalu saja ada drama dalam kehidupan seorang wanita yang bisa dibuat ide sebuah film atau novel.
Menjadi seorang wanita memang sangat tricky. Nie, sebagai ‘not a girl not yet a woman’ woman, mengalami kehidupan yang banyak sekali ‘ups and downs’- nya. Nie yang bertinggi badan 160an dan berat yang cukup proporsional, kadang merasa sangat minder dengan bentuk tubuh Nie, terutama mengingat obsesi Nie waktu masa muda, pengen jadi model. Berat badan Nie yang bisa dibilang okay, selalu saja terlihat lebih apabila Nie berdiri di depan cermin.
Ada orang lain, yang memiliki badan sekurus model dan tinggi semampai merasa kurang dengan dirinya. In fact, dia adalah salah seorang roommate Nie selama 1 minggu di Jakarta. Dia bilang, “I wish I had your body. It is sexier than mine.” What? My body? Sexy? You must be hallucinating, pikir Nie waktu itu. Stefy yang mendengar cerita Nie aja ketawa ngakak dan menghina Nie abis-abisan. (And maybe you are now!)
I don’t know whether she gave a sincere comment, but the point is kadang kita ngga puas dengan apa yang kita punya and, sadly, someone else could die to have what we have.
Nie always wish untuk menjadi someone yang lebih calmer, lebih behave. Nie orang yang cablak, yang suka teriak-teriak, yang kalo ketawa ngakak. Nie pengen bisa jadi orang yang lebih tenang, yang lebih bisa mengatur gerak-gerik, nggak pencilakan, kalo orang jawa bilang. But, no,.. Nie is still Nie. Nie equals rame. But, ada orang yang would die for having ‘talents’ like mine. Orang yang pengen banget bisa PD ngomong di depan umum, yang bisa hang out ama sapa aja.
Again, there are some people that would die to have what we have that we ain’t proud of. Yap, life seems so unfair for some of us.
But, life is actually very fair. It is just how we accept it.
Stefy once shot his best joke to one couple, “yes, life is fair. She (pointed the girl) has a lot of strengths and less weakness. And you (pointed the boy) has less strengths and lots of weaknesses.”
Hehehe *laughing* No, it doesn’t work that way. Tuhan ngga sejahat itu.
Semua itu tergantung bagaimana kita melihat kekurangan kita sebagai suatu kelebihan yang belum terpoles.
Misalnya beberapa dari kita memang memiliki kelebihan – kelebihan lemak – alias overweight. Jangan melihat itu sebagai suatu kekurangan, karena ketika kita melihatnya sebagai suatu kekurangan, kita akan give up and accept it, saying “yeah,… it is me!” Tapi, lihatlah itu sebagai unpolished diamond. Kita harus work out supaya badan kita terlihat lebih berbentuk, sedikit mengatur porsi makan dan voila,… kita memiliki badan yang berbeda!
Atau mungkin itu juga tergantung bagaimana kita memberikan penilaian terhadap diri kita. Berapa nilai yang kita berikan untuk diri kita?
Banyak dari kita yang memberikan nilai yang rendah terhadap diri kita sendiri. Banyak orang yang feeling inferior, feeling that himself is no one, is nothing! Nie pun dulu pernah berada di posisi ini. Nie pernah merasa kalo Nie ngga bisa apa-apa, tampang juga ngga cantik, not talented, and useless.
Masakan kita mau memberikan nilai rendah terhadap diri kita sendiri?? Kalo kita merendahkan diri kita, gimana kita bisa mengharapkan orang lain menghargai kita? Apa mereka bakalan ngasih nilai ‘tinggi’ buat kita? No, they wouldn’t!
Ayo, kita belajar untuk lebih menyayangi diri kita sendiri, karena di saat kita bisa menyayangi diri kita, apa adanya, kita akan lebih bisa menyayangi orang lain, sincerely.
For the girls, yap, Girl power! Kita harus bisa menjadi wanita-wanita yang berbeda, wanita yang lebih menyayangi dirinya sendiri, sehingga kita bisa lebih menyayangi orang-orang di sekitar kita dan bisa membuat perubahan di dunia ini.
That’s what we call the circle of compassion!
Comments