Skip to main content

Jakarta 07 - Final Post: Macet

Jakarta emang tidak bisa terpisahkan dari fenomena MACET. Doh, kayaknya kalo datang ke Jakarta dan ngga ketemu macet, kayaknya ngga afdol.

Doeloe buanget, waktu Jakarta masih ngga serame sekarang, Nie liburan ke Jakarta sama orang tua. Trus, malam-malam, pas lapaaar banget, diajakin deh ama Oom makan. “Ayo, keluar makan! Deket kok!” Dengan antusiasnya Nie dan keluarga langsung melompat ke dalam mobil.

5 menit, 10 menit, kok ngga nyampe-nyampe...
Ternyata, deket yang dibilang ama si Oom itu, ternyata 30 menit.

Itu pun doeloe sekaleee. Kalo sekarang, hm,.. kayaknya deket tuh bisa aja 1 jam.

Kenapa hayo Jakarta bisa macet?
Banyak banget alasannya, mulai dari karena orang-orang kaya di Jakarta semakin banyak, dan mereka mulai bingung bagaimana cara menghabiskan uang mereka. Thus, mereka semakin kurang kerjaan dengan mengkoleksi mobil-mobil. Ada temennya adiknya kakaknya tantenya tetangga Nie (heheh,.. bingung ya?) yang punya mobil 13.

TIGA BELAS! Yap, anda tidak salah membacanya. 13 as 3 ditambah 10. Udah kayak showroom mobil aja deh! Trus mobilnya buat apa? Ngga tau! Paling kalo yang punya lagi nganggur pas weekend, mereka akan maen bomb-bomb car atau balap mobil.

Alasan kedua ya tukang angkot itu. Sorry for blaming them all the time. Mereka kayaknya ngga pernah bener-bener belajar mengoperasikan sebuah kendaraan roda empat. Peraturan lalu lintas does not even exist for them. They are kind of living in a wild life.

Alasan ketiga, sepeda motor. I am sorry for blaming the motorbike riders, because they have the same right, haven’t they? Tapi kadang mereka seenaknya sendiri. Mentang-mentang mereka kecil, imut dan gesit, mereka nyelonong ke kanan dan ke kiri seenak perutnya sendiri. Nah, kok gitu seh?

So, gimana donk untuk bikin Jakarta, ibukota Indonesia, untuk bebas macet? Kalo saran dari Nie, ya kita mulai dari diri kita sendiri. Kalo biasanya, pas ada di traffic light, pas lampu kuning, kita malah tancap gas, cobalah untuk mengingat kembali pelajaran kita di Sekolah Dasar. Lampu kuning artinya hati-hati, jadi harus lebih perlahan-lahan. Trus, kalo uda tau ngga bole putar balik, atau ngga bole parkir, ya diturutin lah. Jangan malah nengok kanan, nengok kiri, trus,...... tancap gas!! Finally, budayakan budaya antri. Kayaknya negara-negara di Eropa dan Amerika tuh bisa maju ya karena mereka sadar pentingnya ngantri.

Ah, kalo saja Jakarta bisa lebih tertib.
Kalo saja orang-orang di Jakarta, bahkan di seluruh Indonesia, bisa lebih menghargai orang lain dan menghargai en, of course, mentaati peraturan yang berlaku.
Kalo saja...

Ah, namanya juga Jakarta. Kota yang menjual impian, semua impian, mulai impian cowok lucu, impian mall-mall gede dan mobil mewah lambah kekayaan, dan laen-laennya.

Namanya aja Jakarta.

Comments

eddytj said…
ada istilah baru nih di jakarta :
'Pamer Paha' di jalan tol

hehehe mau tau artinya, silahkan baca di sini
Unknown said…
Hmm, biar bebas macet... mari kita brain storming:

1. Harus nya smua kendaraan itu hrs ada test yg ketat ttg layak nggak nya masih dipake. Tujuan utama untuk nge reduce emisi CO2, ma of course keselamatan pengendara. Klo test ini dilakuin, pasti banyak kendaraan yg gak lolos test, mengingat di Indo usia kendaraan banyak yang udah lanjut usia banget..liat itu yg asap knalpotnya pada gak sopan..

2. Hapuskan Subsidi BBM..haha! Well, idealnya sih hapusin aja subsidi totally and kasi pajak yg tinggi.. cumaan klo itu dilakuin..ntar masyarakat yg gak mampu pd komplen..
Bisa aja khusus buat masyarakat yg bisa buktiin klo mereka gak mampu, n butuh bbm buat menyangga kehidupan (ekonomi), mereka bakal dikasi subsidi bbm..tp mereka ajah.
Klo ini di berlakukan..pasti jalan jauh lebih sepi..
Ekonimi of course bakalan turun klo ini diberlakukan..tp inget, uang subsidi yg gak dijd dikasihin buat bbm itu buanyak, jgn trus dimakan pejabat rakus dan bi*d*b, tp bisa buat dispensasi kasi subsidi usaha2 yg turun krn kenaikan bbm.

3. Tax buat kepemilikan kendaraan ditinggiin..mungkin mulai kendaraan no.2 di suatu keluarga, tax nya harus dibuat mencekik leher.

4. Biaya parkir musti dibikin kaya di barat..pake parking meter..dibikin yg rate per hour-nya mahalnya naudzubillah ...Ato mungkin di jkt udah juga diberlakukan kah?

5. System buat public transportation dibikin yang sangat sangat reliable..

6. Masyarakat diajarin MIKIR pake OTAK dan nge turn off GENGSI... mungkin edukasi macam ginian bisa jd project gede buat temen2 yg pada di advertising nih..saatnya bikin campaign2 yg bikin masyarakat itu juga ngerasa keren klo naik sepeda ato public transportation...

Hihihihi....Silakan klo ada yg mo nambahin ..

Isrina

Popular posts from this blog

What would you do if you could live another life

What would you do if you could live another life just for one day? This line is quoted from "Last Chance Harvey" . I have watched this film twice and still feel so touched everytime I watch it. Kate Walker, the main character in this film, uttered this question to Harvey Shine. In this story, both of them lived a life that is not very happy-chappy. Kate lived in a pathetic, boring life; Harvey in a screwed one. When Kate asked this question, both of them seem to ponder: what if I could live a different life, just for one day, just to try out. This question makes me ponder, too: what would I do if I was given a chance to live any kind of life I want, just for one day? Where would I be? What would I do? Who would I be? Lately I have been thinking about the life I am living right now. Everything is so well-planned. I graduated from high school, went abroad to study, came back home to work, went abroad again to do my master, working in a reasonably good organisation, and going ho

Cold Feet

One of my closest friends is getting married tomorrow another one in May another one in November. and an ex-classmate is also getting married in April/May. and, I dreamed about getting married last night. I remember some months ago I was so enthusiastic with the idea of getting married. Although I knew that our relationship was not yet ready for that stage, I was so pushy to Stefy. I had asked him when exactly we would get married. Ah well, it was all the flashy things that I longed for. Right now, what I want is to avoid it! I am just not brave enough to throw myself into this new status. Don't get me wrong, I am probably just like any other girls out there who like the beautiful wedding gown, like to be made up, like to be the queen of the night. But, have you ever considered what would happen after you wave off the guests and head to your own home, starting your new chapter of life? or what would happen after the happy chappy honeymoon? Would we then live

WSAD? (What Should Ariel Do?)

As a communication expert, we always need to be prepared for crisis communication or disaster management. If a company suffered a bad publication, or when bad things happened, like with BP’s oil spill or Toyota’s cars, the communication people need to work very hard to communicate the right message (while some other people work on to make things right) and to win the public favour again. In theory, companies need to be prepared for crisis way in advance; however not many companies did that. I believe, Ariel had also never thought that such drama would happen, but yeah, here it is, and he has to face it! So, here is my humble opinion regarding what he needs to do to clear the air: Scenario 1: Launch a single/album Celebrities, especially musicians, usually would create a drama or scandal to increase their popularity in order to promote the next movie, single, or album that would be launched. What Ariel could do is to write a song (or an album) as soon as possible and launch it! And thee