Berkat pertolongan seorang teman yang sedang berlibur ke Indonesia, Oma berhasil mendapatkan sebuah buku Perahu Kertas-nya Dewi Lestari yang kalau tidak salah, diluncurkan versi cetaknya pada tanggal 29 Agustus 2009.
Setelah beberapa saat menanti untuk dibaca – setelah lembaran skripsi yang harus dituntaskan, berjam-jam waktu yang dihabiskan untuk mempersiapkan defence, dan langsung dilanjutkan dengan berminggu-minggu persiapan sebuah acara education fair di Bangkok, Thailand - akhrinya Perahu Kertas berhasil dituntaskan dalam one shot, di dalam pesawat KLM Bangkok – Amsterdam, 2 November 2009.
Walaupun berbagai media sudah memberi bocoran bahwa buku Perahu Kertas ini tidak ‘seberat’ buku-buku Dee yang sebelumnya, Oma masih saja memiliki rasa ‘takut’ pada saat membaca halaman pertama. Namun, perasaan itu segera sirna seketika Oma mengenal sosok Kugy. Apalagi setelah membaca bahwa sosok Keenan lebih tampan daripada Therrius di komik Candy-Candy. Langsung Oma hanyut dalam fantasi-fantasi yang tercipta.
Untuk gaya penulisan, alur cerita, dan tokoh, Oma tidak perlu memberikan komentar lagi. Dee sangat berhasil menghidupkan tiap-tiap tokohnya. Setiap tokohnya memiliki karakter yang begitu kuat, yang membuat mereka benar-benar ‘hidup’. Alur cerita, sangat smooth, walau awalnya Oma ragu dengan penggunaan 4 lokasi yang berbeda, namun perbedaan lokasi itu tidak terasa menganggu sama sekali!
Dan untuk hal tulis menulis, 99,99% sempurna. Yang 0,01% adalah beberapa spelling mistake dalam penulisan kata-kata dalam bahasa belanda. Kaas broodje, bruine bonensoep (pemenggalan kata-nya), dan “kan niet vergeten” (semuanya di halaman 3). Lalu, penggunaan ‘vent’ untuk panggilan anak laki-laki, nampakanya tidak umum digunakan. Setau Oma, kata-kata ‘liefje’ atau ‘schatje’ lebih banyak digunakan.
Despite the obvious, buat Oma, Perahu Kertas adalah cerita tentang sebuah khayalan yang hidup dalam tubuh seorang yang dewasa. Khayalan, in this case, terbagi menjadi 2: yang sudah pasti fiktif –doesn’t exist dan yang doesn’t exist yet, but it could happen.
Oma rasa itulah hidup. Kita sering berhenti mengejar impian kita karena bagi kita impian = khayalan = doesn’t exist. Kita berpikir impian itu tidak mungkin menjadi nyata – entah karena kita berpikiran demikian, atau karena orang lain yang membuat kita berpikiran demikian. Namun, seperti sosok Kugy dan Keenan, mereka berusaha menghidupkan khayalan itu. Mungkin kita tidak harus berperan sebagai Agen Neptunus, namun kita seharusnya mengejar moment itu, mengejar impian itu. Seperti yang dulu pernah kita tuliskan di album teman-teman kita saat masih duduk di bangku SD: kejarlah cita-citamu setinggi langit!
Finally, buku ini memberikan sebuah jawaban atas sebuah tanda tanya besar yang selama ini mengikuti. Cinta itu tidak memilih: cinta itu tahu. This quote is taken from page 430 – my favorite part (I even highlighted it):)
“saya belajar dari kisah hidup seseorang. Hati tidak pernah memilih. Hati dipilih. Jadi, kalu Keenan bilang, Keenan telah memilih saya, selamanya Keenan tidak akan pernah tulus mencintai saya. Karena hati tidak perlu memilih. Ia selalu tahu ke mana harus berlabuh.”
Thank Dee, you has made me realise that my heart had casted its anchor a long time ago. I no longer need to choose, because my heart knows.
Comments
Salam kenal, Nia...