Skip to main content

New Chapter: Different Focus

Tahun 2017 adalah sebuah halaman baru dari perjalanan hidup saya. Saya menikah di tahun 2012, memiliki anak pertama di tahun 2014. Bukan, saya tidak sedang mengumumkan hadirnya anak ke-2 (apalagi suami kedua 😜) seperti yang dipikirkan banyak orang. Saya ingin menceritakan keputusan besar yang saya ambil akhir tahun lalu.

Tahun lalu, tepatnya di bulan Desember, saya memutuskan untuk resign dari jabatan saya sebagai Head of Marketing di sebuah perusahaan retail terkemuka di Indonesia dan mengalihkan fokus saya untuk lebih menjadi seorang Mama untuk anak saya. Keputusan ini memang cukup mengejutkan, bahkan bagi saya sendiri, tetapi langkah ini adalah suatu keputusan yang sudah lama harusnya saya ambil.

Saya adalah seorang wanita karir, heart and soul. Bekerja adalah bagian hidup saya yang sudah ditanamkan dari muda. Waktu saya masih duduk di sekolah dasar, di saat liburan sekolah, dimana banyak teman yang berlibur, saya sering 'berlibur' di perpustakaan atau kantor di tempat Mama saya bekerja. Mulai membantu menyampul buku perpustakaan sampai ikut kelas masak, saya lakukan itu hampir setiap liburan sekolah.

Alhasil, bekerja adalah suatu elemen yang tidak bisa dipisahkan dari hidup saya. Banyak orang yang memiliki pemahaman 'work to live' atau bekerja untuk hidup, saya menganut pemahaman 'live to work', hidup untuk bekerja. Bekerja membuat hidup saya jadi punya arti. Kesibukan, deadline atau event yang terus menerus, membuat adrenalin saya naik. Saya merasa hidup!

Pemahaman ini akhirnya membuat prioritas hidup saya kacau balau, paling parahnya tahun lalu. Saya tidak lagi tahu mana yang harus saya prioritaskan. Secara naluri, pekerjaan ini sangat menantang, di sisi lain, seorang anak yang sedang bertumbuh, mengharapkan Mamanya lebih sering di rumah. Saya sering menangis, karena load pekerjaan yang makin banyak, dan permasalahan anak dan rumah tangga yang menunggu untuk diselesaikan setiap kali pulang ke rumah.

Dengan berbesar hati, akhirnya keputusan ini harus diambil. Saya resign. 

Berat? Sangat! Saya sempat kehilangan arah (yes, memang agak lebay).  Beberapa minggu setelah saya memutuskan resign, saya ketakutan: apa yang akan saya lakukan jika saya resign? apa saya cuma di rumah saja menjadi ibu rumah tangga? bagaimana dengan kebutuhan keuangan? apa yang harus saya katakan kalau ditanya orang 'kerja dimana sekarang'?

Terima kasih Tuhan dan terima kasih untuk orang-orang di sekitar saya, online maupun offline, yang menyemangati saya. Well, you know who you are! Menghilangkan rasa takut, memberikan semangat, memberikan ide, sampai menawarkan project-project menarik yang membuat hidup saya kembali ‘hidup’. 

Saya bisa bilang bahwa lembaran baru hidup ini cukup menyenangkan. Saya akhirnya bisa kembali sibuk, tetapi saya punya waktu yang cukup untuk bersama Axl, dan papanya juga! :)


Dan halaman baru ini hopefully menandakan semangat saya untuk menulis lagi. Thanks 🙏 #nulisrandom2017 yang bisa membuat saya menulis lagi. Semoga saya bisa taat dan setia sampai tanggal 30 Juni, dan lanjut lagi setelahnya.

Comments

Popular posts from this blog

What would you do if you could live another life

What would you do if you could live another life just for one day? This line is quoted from "Last Chance Harvey" . I have watched this film twice and still feel so touched everytime I watch it. Kate Walker, the main character in this film, uttered this question to Harvey Shine. In this story, both of them lived a life that is not very happy-chappy. Kate lived in a pathetic, boring life; Harvey in a screwed one. When Kate asked this question, both of them seem to ponder: what if I could live a different life, just for one day, just to try out. This question makes me ponder, too: what would I do if I was given a chance to live any kind of life I want, just for one day? Where would I be? What would I do? Who would I be? Lately I have been thinking about the life I am living right now. Everything is so well-planned. I graduated from high school, went abroad to study, came back home to work, went abroad again to do my master, working in a reasonably good organisation, and going ho

Pluralism: My Version

plu`ral-ism (-noun) condition in which minority groups participate in society, yet maintain their distinctions. Today is Chinese New Year. Being Indonesian-Born-Chinese (IBC), my family has always been taking part in this celebration. No, we were not really doing the rituals, but as a child, I always had fun hunting Hung Bao (small amount of money put in an red envelop). Another memory about Chinese New Year is it was the time when my favorite cousines came from Malang. We would play; and they would possibly have sleepover. It was my childhood. However, I cannot recall what happened when I was slightly older. But I still remember that my mom told me to be an Indonesian. She would say "Nia, you are not Chinese. You are Indonesian." Or she would remind me that I have to respect Indonesian people in spite of their attitude toward ethnic Chinese. She said "We have a confusing story. If we would say we are Chinese, we would be kicked out from this country. Thus we would prob

WSAD? (What Should Ariel Do?)

As a communication expert, we always need to be prepared for crisis communication or disaster management. If a company suffered a bad publication, or when bad things happened, like with BP’s oil spill or Toyota’s cars, the communication people need to work very hard to communicate the right message (while some other people work on to make things right) and to win the public favour again. In theory, companies need to be prepared for crisis way in advance; however not many companies did that. I believe, Ariel had also never thought that such drama would happen, but yeah, here it is, and he has to face it! So, here is my humble opinion regarding what he needs to do to clear the air: Scenario 1: Launch a single/album Celebrities, especially musicians, usually would create a drama or scandal to increase their popularity in order to promote the next movie, single, or album that would be launched. What Ariel could do is to write a song (or an album) as soon as possible and launch it! And thee