Skip to main content

Transition: Stock Sinar Matahari

Setelah lebih dari 8 tahun hidup merantau di negeri orang, pulang ke rumah, ke negeri dimana saya dilahirkan, bukanlah hal yang mudah.

Benar, saya bicara bahasanya, saya mengerti budayanya, saya memiliki keluarga dan teman-teman di Indonesia, tetapi sedikit banyak saya mengalami tantangan untuk kembali menjadi seorang warga negara Indonesia. 

Beberapa postingan selanjutnya akan saya isi dengan cerita-cerita menarik, kadang lucu, kadang menyebalkan, tentang pengalaman saya kembali ke Surabaya, setelah hidup 8 tahun di Belanda.

Saya akan awali transition the series dengan cerita tentang kesukaan saya dengan matahari. At least, selama saya hidup di Belanda.

Belanda adalah negara dengan 4 musim, dengan jumlah musim panas paling sedikit dibanding musim-musim lainnya. Di musim panas pun, hujan, badai dan hujan es pun bisa terjadi. Suhu bisa panas banget sampai 38C dan bisa dingin sampai 15C.

So, kalo melihat matahari dan langit yang biru, semua orang Belanda, plus orang Indonesia yang kayak saya akan cepat-cepat ke pantai atau ke taman, atau at least keluar dari rumah untuk berjemur. 

Tempat favorit saya adalah balkon apartemen saya. Saya akan duduk  di sana, di bawah sinar matahari berjam-jam sambil membaca buku atau mendengarkan musik dan menikmati segelas ice cappuccino.

Saya pengen kulit saya terlihat sedikit coklat,  karena begitu musim panas berlalu, kulit saya akan jarang ketemu matahari. 

Begitu sampai di Surabaya, kota dimana stock sinar matahari melimpah ruah, harusnya saya merasa 'at home'. Tapi ternyata, saya malah lari ketakutan kalau ketemu matahari Surabaya!

Well, saya masih cinta matahari, tapi tidak untuk berjemur. Saya berusaha menghindari panasnya matahari Surabaya. Tapi saya tidak berlari-lari ke mobil begitu keluar dari pertokoan, saya juga tidak suka memakai produk pemutih, dan saya masih suka berjemur sesekali (walaupun sampai saat ini belum kesampaian untuk ke Bali lagi setelah 5 tahun absen).

Jadiii, sekarang tahu kan kenapa bule kalau ke Indonesia suka banget berjemur, bahkan di siang hari bolong?! Ya karena negara mereka kekurangan stock sinar matahari.

Comments

Popular posts from this blog

God's Plan for My Slippers

Look at my cute slippers! Lucu banget, kan!  Slippers ini diberikan sebagai oleh-oleh, dari seorang sahabat yang pada saat itu baru pindah ke New Zealand . Kalau saya tidak salah, 4 atau 5 tahun lalu slippers ini diberikan. Saya adalah orang yang practical . Boro-boro pakai slippers di rumah, sandal jepit biasa pun tidak! Di dalam rumah, kami biasa nyeker alias tidak pernah pakai sandal. Jadi si slippers domba Selandia Baru yang baru ini resmi menjadi penunggu lemari baju. Setelah Axl lahir dan beranjak sedikit dewasa, slippers ini ditemukan tanpa sengaja. Axl suka sekali dan kerap memainkan slippers ini. Namun lagi-lagi, setelah beberapa minggu, si domba kembali menjadi penunggu lemari. Anak balita itu sangat gampang bosan! Sampai 1 bulan yang lalu. Di salah satu tempat ngantor saya yang baru, saya harus bekerja di ruangan yang super dingin! Tiba-tiba, saya teringat akan slippers domba ini! Ternyata benar, slippers ini bisa menghangatkan kaki saya dengan sempurna. D...

What would you do if you could live another life

What would you do if you could live another life just for one day? This line is quoted from "Last Chance Harvey" . I have watched this film twice and still feel so touched everytime I watch it. Kate Walker, the main character in this film, uttered this question to Harvey Shine. In this story, both of them lived a life that is not very happy-chappy. Kate lived in a pathetic, boring life; Harvey in a screwed one. When Kate asked this question, both of them seem to ponder: what if I could live a different life, just for one day, just to try out. This question makes me ponder, too: what would I do if I was given a chance to live any kind of life I want, just for one day? Where would I be? What would I do? Who would I be? Lately I have been thinking about the life I am living right now. Everything is so well-planned. I graduated from high school, went abroad to study, came back home to work, went abroad again to do my master, working in a reasonably good organisation, and going ho...

The Bright Side

Always look at the bright side of life - Monty Phyton This song has been sung during the Olympics closing ceremony last year; and this has been my cheer up song ever since. Thus, referring to my earlier blog about how I was not happy with the way we got married, well, I tried to look back and to see the bright side of that circumstance. So if I could share a few things, which might be helpful to you, who are in the middle of preparing a wedding, here they are: 1. Wedding dress I was really happy with my wedding dress. I love the designer, Fifi Firianty , which was very helpful and very professional, and of course her work is stunning. From the first time I met her, I knew there was a click. So, if you look for a designer, who has a European style, please do consider her.  But just some tips, make sure you ask to have you dress fitted one day before the wedding. I had it measure 3 days before the wedding, but in the last 3 days, I ate almost nothing. So this dress...