Beberapa hari yang lalu, Nie sedang berdiri di depan rumah menanti jemputan. Be-te juga, karena pagi-pagi sudah panas banget. Padahal itu baru pukul tujuh something. Unbelievable!
Namun pagi itu ada yang bisa bikin Nie ketawa, ngga terbahak-bahak sih, karena itu di depan rumah dan, fyi, banyak orang wora-wiri di depan rumah Nie. Seorang tukang jamu dengan keretanya yang didorong melintasi rumah Nie. Kalau biasanya tukang jamu identik dengan lagu dangdut yang ngga jelas penyanyinya sapa, yang diputar keras-keras, sampai yang tinggal di ujung kompleks pun denger; kali ini tukang jamunya ‘dare to be different’. Kalau bole Nie bilang, tukang jamunya gaul abiez!
Anda tau tukang jamunya puter lagu apa? R&B
Yap, sang tukang jamu yang sudah bapak-bapak sedang memutar lagu-nya Usher atau kalau ngga Mario (Nie lupa! Secara Nie ngga terlalu nge-fans ma R&B).
It is what we call culture shift.
Kalau biasanya, para komunitas tukang jamu sangat-sangat merakyat. Mereka berkeliling sambil memutar lagu-lagu dangdut, lagu-lagu Indonesia era 60- atau 70-an, atau lagu-lagu yang untitled yang ngga jelas siapa yang nyanyikan. Namun, this time, these days, mereka putar lagu R&B.
Dan hebatnya lagi, tak lama setelah Nie senyum-senyum sendiri, Nie lihat si tukang jamu yang putar lagu R&B tadi, dikerubuti oleh pembantu-pembantu rumah tangga yang pengen tambah singset, so mereka beli jamu galiang singset, atau yang pengen ngobati pegel linu makanya mereka beli jamu anti encok, atau ada juga yang tanpa malu-malu beli obat galian rapet, ehem,.. biar rapet! So, banyak orang yang terpikat, entah dengan musik R&B-nya, atau karena abangnya (yang mungkin ganteng), atau karena emang butuh jamunya.
Pertanyaannya, apakah memang kebudayaan Indonesia sudah berubah? Atau mereka hanya korend alias korban trend? Atau mereka hanya pengen dibilang ‘cool’, ‘JT abiez’ atau gaul? Ah, whatever.
Yang penting kerjaan mereka halal, bukan tukang pake narkoba atau pengedar narkoba, atau malah pengedar narkoba yang macak artis.
Namun pagi itu ada yang bisa bikin Nie ketawa, ngga terbahak-bahak sih, karena itu di depan rumah dan, fyi, banyak orang wora-wiri di depan rumah Nie. Seorang tukang jamu dengan keretanya yang didorong melintasi rumah Nie. Kalau biasanya tukang jamu identik dengan lagu dangdut yang ngga jelas penyanyinya sapa, yang diputar keras-keras, sampai yang tinggal di ujung kompleks pun denger; kali ini tukang jamunya ‘dare to be different’. Kalau bole Nie bilang, tukang jamunya gaul abiez!
Anda tau tukang jamunya puter lagu apa? R&B
Yap, sang tukang jamu yang sudah bapak-bapak sedang memutar lagu-nya Usher atau kalau ngga Mario (Nie lupa! Secara Nie ngga terlalu nge-fans ma R&B).
It is what we call culture shift.
Kalau biasanya, para komunitas tukang jamu sangat-sangat merakyat. Mereka berkeliling sambil memutar lagu-lagu dangdut, lagu-lagu Indonesia era 60- atau 70-an, atau lagu-lagu yang untitled yang ngga jelas siapa yang nyanyikan. Namun, this time, these days, mereka putar lagu R&B.
Dan hebatnya lagi, tak lama setelah Nie senyum-senyum sendiri, Nie lihat si tukang jamu yang putar lagu R&B tadi, dikerubuti oleh pembantu-pembantu rumah tangga yang pengen tambah singset, so mereka beli jamu galiang singset, atau yang pengen ngobati pegel linu makanya mereka beli jamu anti encok, atau ada juga yang tanpa malu-malu beli obat galian rapet, ehem,.. biar rapet! So, banyak orang yang terpikat, entah dengan musik R&B-nya, atau karena abangnya (yang mungkin ganteng), atau karena emang butuh jamunya.
Pertanyaannya, apakah memang kebudayaan Indonesia sudah berubah? Atau mereka hanya korend alias korban trend? Atau mereka hanya pengen dibilang ‘cool’, ‘JT abiez’ atau gaul? Ah, whatever.
Yang penting kerjaan mereka halal, bukan tukang pake narkoba atau pengedar narkoba, atau malah pengedar narkoba yang macak artis.
Comments