Skip to main content

Stupid Me!

(from an article titled 'Cape Deh!")

Seorang pemuda miskin Inggris ingin menjadi orang yang kaya. Ia mengumpulkan uang ponsterling demi ponsterling, bermaksud untuk mengadu nasib di benua Amerika. Dia berpikir di Amerika pasti pekerjaan yang membutuhkan tenaganya. Setelah uang terkumpul, ia lalu berkemas meninggalkan negaranya dan pergi ke negeri impian menggunakan kapal laut.

Uang yang ia miliki hanya pas-pasan, hanya cukup untuk membeli tiket saja. Hari pertama di dalam kapal ia merasa lapar, tapi dia tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli makanan. Akhirnya ia tahan rasa laparnya. Dan hal ini berlangsung selama tiga hari. Di hari yang ketiga ia tidak kuat lagi menahan rasa laparnya. Ia berpikir, "Aku lapar sekali. Lebih baik aku turun dan makan. Soal bayar, bagaimana nanti saja yang penting aku makan dulu."

Pemuda itu turun ke restoran yang ada di dalam kapal tersebut, dan dia memesan makanan yang sangat banyak. Setelah ia menyantap dengan lahapnya, ia merasa kenyang dan bersikap seperti orang yang memiliki uang. Ia pun memanggil pelayan yang sudah menyiapkan makanannya tadi. "Pelayan berapa jumlahnya yang harus kubayar?", tanyanya dengan sedikit was-was karena kalau tidak dapat membayar ia akan dipukuli oleh "jagoan" kapal atau dimasukkan ke dalam gudang sampai kapalnya berlabuh.

Pelayan menjawab sambil tersenyum, "Tenang tuan, tidak usah membayar satu sen pun. Sebab ketika tuan beli tiket kapal ini, itu sudah termasuk makan tiga kali dalam sehari!" Betapa kagetnya pemuda itu, padahal ia sudah menahan lapar selama 3 hari.

Saudara, mungkin Anda mengatakan betapa bodohnya pemuda itu. Kenapa ia tidak bertanya ketika membeli tiket itu? Padahal seringkali kita pun melakukan seperti apa yang dilakukan pemuda itu. Kok bisa?





Ya, karena terkadang Anda takut akan kebutuhan Anda sehari-hari: keperluan anak sekolah, biaya untuk makan, kebutuhan rumah tangga dan berbagai keperluan lainnya. Coba Anda renungkan hal ini. Yesus mati di kayu salib bukan hanya untuk menyediakan tempat di surga saja, tetapi seluruh aspek kehidupan kita di dunia ini sudah IA sediakan. Bahkan IA sudah sediakan berlimpah.

Jadi tidak ada alasan lagi untuk cemas akan penghidupan ini. Tidak ada lagi untuk takut, karena ada tertulis, "Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus". Biar Dia yang bekerja dan Anda melakukan bagian yang Anda harus lakukan yaitu percaya pada janji-Nya.

Tidak ada yang lebih indah dalam hidup ini selain percaya dan menyerahkan hidup kita ke dalam tangan-Nya.

Source: Jawaban.Com

Ibrani 2:8
segala sesuatu telah Engkau taklukkan di bawah kaki-Nya." Sebab dalam menaklukkan segala sesuatu kepada-Nya, tidak ada suatupun yang Ia kecualikan, yang tidak takluk kepada-Nya. Tetapi sekarang ini belum kita lihat, bahwa segala sesuatu telah ditaklukkan kepada-Nya.

Comments

Popular posts from this blog

What would you do if you could live another life

What would you do if you could live another life just for one day? This line is quoted from "Last Chance Harvey" . I have watched this film twice and still feel so touched everytime I watch it. Kate Walker, the main character in this film, uttered this question to Harvey Shine. In this story, both of them lived a life that is not very happy-chappy. Kate lived in a pathetic, boring life; Harvey in a screwed one. When Kate asked this question, both of them seem to ponder: what if I could live a different life, just for one day, just to try out. This question makes me ponder, too: what would I do if I was given a chance to live any kind of life I want, just for one day? Where would I be? What would I do? Who would I be? Lately I have been thinking about the life I am living right now. Everything is so well-planned. I graduated from high school, went abroad to study, came back home to work, went abroad again to do my master, working in a reasonably good organisation, and going ho

WSAD? (What Should Ariel Do?)

As a communication expert, we always need to be prepared for crisis communication or disaster management. If a company suffered a bad publication, or when bad things happened, like with BP’s oil spill or Toyota’s cars, the communication people need to work very hard to communicate the right message (while some other people work on to make things right) and to win the public favour again. In theory, companies need to be prepared for crisis way in advance; however not many companies did that. I believe, Ariel had also never thought that such drama would happen, but yeah, here it is, and he has to face it! So, here is my humble opinion regarding what he needs to do to clear the air: Scenario 1: Launch a single/album Celebrities, especially musicians, usually would create a drama or scandal to increase their popularity in order to promote the next movie, single, or album that would be launched. What Ariel could do is to write a song (or an album) as soon as possible and launch it! And thee

Pluralism: My Version

plu`ral-ism (-noun) condition in which minority groups participate in society, yet maintain their distinctions. Today is Chinese New Year. Being Indonesian-Born-Chinese (IBC), my family has always been taking part in this celebration. No, we were not really doing the rituals, but as a child, I always had fun hunting Hung Bao (small amount of money put in an red envelop). Another memory about Chinese New Year is it was the time when my favorite cousines came from Malang. We would play; and they would possibly have sleepover. It was my childhood. However, I cannot recall what happened when I was slightly older. But I still remember that my mom told me to be an Indonesian. She would say "Nia, you are not Chinese. You are Indonesian." Or she would remind me that I have to respect Indonesian people in spite of their attitude toward ethnic Chinese. She said "We have a confusing story. If we would say we are Chinese, we would be kicked out from this country. Thus we would prob