Skip to main content

Tanya Kenapa: Cotton Bud

Tolong jangan tunjukkan simpati dengan orang yang menjual korek kuping (cotton buds) di pinggir jalan atau di lampu lalu lintas… Hanya ingin mengingatkan anda untuk tidak membeli sebungkus korek kuping yang dibeli dari pinggir jalan. Korek kuping itu terbuat dari kapas yang telah dipakai dirumahsakit. Mereka memisahkan semua yang kotor, darah, dan lainnya mencucinya kemudian di bleaching dengan pemutih kemudian dibuatlah korek kuping. Jadi, jika anda tidak ingin menjadi orang pertama yang menderita Herpes Zoster Octicus (infeksi virus telinga bagian dalam, tengah, dan luar) maka JANGAN BELI KOREK KUPING DI PINGGIR JALAN. Infokan teman anda, jika anda peduli.

Si boru Pandiangan pagi ini mengirimkan message di YM Oma seperti di atas.

Reaksi Oma? Ngakak,.... (kak,.. kak,... kak,....)


Siapaaaa juga yang mau beli cotton bud di pinggir jalan?! hehehheeh,... wes wes,... Tapi Oma maklum lah kalo yang 'iseng' beli cotton bud tuh orang-orang Jakarta (mohon maaf dulu, please baca lanjutannya V^^), karenaa kan jakarta macet banget tuh. Dan pas Oma ke Jakarta beberapa bulan lalu, banyak banget orang jualan di pinggir-pinggir jalan. Mungkiiin, korban macet tuh uda be-te banget dan liat tukang jualan cotton bud.

Dan,... Triiing,...! Muncullah ide untuk korek kuping. Yeah,.. buat killing time lah! :)

Masuk akal kan analisa Oma?

Soalnya kalo di Surabaya, kayaknya peristiwa macet yang jam-jaman itu jarang terjadi, ke-cu-a-li kalau musim hujan dan bapak Walikota yang berjanji-janji palsu untuk memperbaiki tata kota Surabaya belum juga memperbaiki jalan-jalan dan selokan, sehingga BUANJIR!

Ah, terlepas dari Jakarta dan Surabaya, emang orang Indonesia ini kelewat kreatif! Kapas bekas dijual lagi, gorengan dikasih plastik biar gurih dan kemriuk, es cincau dikasih pengawet supaya bisa tahan berminggu-minggu, jajanan untuk anak-anak SD dikasih 'selai narkoba' dan masih banyak lagi.

Kenapa yang mereka tega melakukan hal-hal yang merugikan orang lain, dan ngga jarang membahayakan or mematikan? Apa lapangan kerja di Indonesia begitu minim sehingga banyak orang melakukan aksi 'kreatif' ini untuk menyambung nyawa? Apa sedemikian tidak adilnya kehidupan di Indonesia sehingga membunuh (apapun bentuk dan aksinya) menjadi solusi tepat dan cepat untuk menyelamatkan diri? *jadi inget Mami Rose* Apa begitu mahal harga bensin dan sembako sehingga membuat banyak orang gelap mata dan mencari cara a la mie instan untuk menghasilkan uang?

Salah siapa coba?

Comments

Popular posts from this blog

God's Plan for My Slippers

Look at my cute slippers! Lucu banget, kan!  Slippers ini diberikan sebagai oleh-oleh, dari seorang sahabat yang pada saat itu baru pindah ke New Zealand . Kalau saya tidak salah, 4 atau 5 tahun lalu slippers ini diberikan. Saya adalah orang yang practical . Boro-boro pakai slippers di rumah, sandal jepit biasa pun tidak! Di dalam rumah, kami biasa nyeker alias tidak pernah pakai sandal. Jadi si slippers domba Selandia Baru yang baru ini resmi menjadi penunggu lemari baju. Setelah Axl lahir dan beranjak sedikit dewasa, slippers ini ditemukan tanpa sengaja. Axl suka sekali dan kerap memainkan slippers ini. Namun lagi-lagi, setelah beberapa minggu, si domba kembali menjadi penunggu lemari. Anak balita itu sangat gampang bosan! Sampai 1 bulan yang lalu. Di salah satu tempat ngantor saya yang baru, saya harus bekerja di ruangan yang super dingin! Tiba-tiba, saya teringat akan slippers domba ini! Ternyata benar, slippers ini bisa menghangatkan kaki saya dengan sempurna. D...

What would you do if you could live another life

What would you do if you could live another life just for one day? This line is quoted from "Last Chance Harvey" . I have watched this film twice and still feel so touched everytime I watch it. Kate Walker, the main character in this film, uttered this question to Harvey Shine. In this story, both of them lived a life that is not very happy-chappy. Kate lived in a pathetic, boring life; Harvey in a screwed one. When Kate asked this question, both of them seem to ponder: what if I could live a different life, just for one day, just to try out. This question makes me ponder, too: what would I do if I was given a chance to live any kind of life I want, just for one day? Where would I be? What would I do? Who would I be? Lately I have been thinking about the life I am living right now. Everything is so well-planned. I graduated from high school, went abroad to study, came back home to work, went abroad again to do my master, working in a reasonably good organisation, and going ho...

The Bright Side

Always look at the bright side of life - Monty Phyton This song has been sung during the Olympics closing ceremony last year; and this has been my cheer up song ever since. Thus, referring to my earlier blog about how I was not happy with the way we got married, well, I tried to look back and to see the bright side of that circumstance. So if I could share a few things, which might be helpful to you, who are in the middle of preparing a wedding, here they are: 1. Wedding dress I was really happy with my wedding dress. I love the designer, Fifi Firianty , which was very helpful and very professional, and of course her work is stunning. From the first time I met her, I knew there was a click. So, if you look for a designer, who has a European style, please do consider her.  But just some tips, make sure you ask to have you dress fitted one day before the wedding. I had it measure 3 days before the wedding, but in the last 3 days, I ate almost nothing. So this dress...