Skip to main content

Expiry date: 00-00-0000

Oma bukanlah pembaca setia tabloid ataupun penonton dedicated acara infotainment. Oma hanya watches it over the coffee, atau reads it over the lunch. Hanya supaya ada bahan obrolan kalau lagi makan siang dengan teman-teman kantor, atau gurauan dengan teman-teman dari negeri seberang.

Perpisahan Dewi Lestari, yang lebih akrab dipanggil Dee, si penulis buku favorit Oma, Supernova dan Filosofi Kopi; dengan mantan suaminya, Marcell, nampaknya menjadi berita HOT di tabloid atau tayangan infotainment akhir-akhir ini. Particularly, Oma tidak pernah mengikuti berita artis kawin cerai – sebodo teuing! Namun, Oma menemukan sebuah posting ‘Catatan tentang Perpisahan’ yang ditulis sendiri oleh Dee

Dan itu membuat Oma harus menitikan air mata dan marah,…

Hidup punya masa kadaluarsa, hubungan pun sama. Jika tidak, semua orang tidak akan pernah mati dan semua orang tidak pernah ganti pacar dari pacar pertamanya.”

Oma berhenti pada dua kalimat ini, sambil bertanya, “BENARKAH SEBUAH HUBUNGAN MEMILIKI MASA KADALUARSA?”

Karena mami tidak pernah bilang “nak, mami tidak tahu sampai kapan mami akan tetap mencintai papi, karena suatu saat, hubungan kami akan expired dan tidak bisa lagi berlanjut.” Pendeta di gereja juga tidak akan pernah bilang “apa yang sudah dipersatukan Tuhan, tidak bisa dipisahkan oleh manusia, sampai masa kadaluarsa itu tiba.” Stefy, yang mungkin saja lebih pintar dari Oma, juga belum pernah bilang “Yang, I will always love you, until the expiry date, ya"

Apa Oma yang kurang gaul? Apa Oma yang memang belum cukup makan asam garam kehidupan?

Oma tidak setuju dengan statement Dee, karena in fact, Stefy adalah pacar (resmi) pertama (di luar cinta-cinta monyet).Apakah berarti Oma dan Stefy sedang menjalani sebuah hubungan dalam sebuah rentang waktu dimana, entah 10 tahun lagi, entah 50 tahun lagi, yang namanya masa kadaluarsa itu akan datang.

“Kita bisa bilang, putusnya hubungan A karena dia selingkuh, karena bosan, karena ketemu orang lain yang lebih menarik, belum jodoh, dan masih banyak lagi. Padahal intinya satu, jika memang sudah waktunya, perpisahan akan menjemput secara alamiah bagaikan ajal. Bungkus dan caranya bermacam-macam, tapi kekuatan yang menggerakkannya satu dan serupa. Tentu dalam prosesnya kita berontak, protes, menyalahkan ini-itu, dan seterusnya. Namun hanya dengan terus berproses dalam aliran kehidupan, kita baru menyadari hikmah di baliknya.”

Perpisahan dengan pacar, perpisahan dengan suami atau istri, tidaklah sama seperti ajal, yang menjemput tanpa kita bisa harus kompromi. Apabila kita menyadari bahwa perpisahan, or so-called divorce, adalah sama persis seperti ajal, maka kita akan pasrah, menyerah, dan ikhlas saja dengan perpisahan itu. Orang Indonesia, khususnya orang dari daerah Jawa, seringkali dituntut untuk pasrah, iklhas dalam menghadapi kenyataan. Jaman sebelum RA Kartini dulu, wanita dilarang menuntut pendidikan terlalu tinggi. Dan apa yang para wanita lakukan? PASRAH! Namun berbeda dengan RA Kartini, dia BERJUANG. Jadi, perpisahan bila dibiarkan saja, tanpa ada perjuangan, maka sama saja dengan tidak mengobati sebuah penyakit, yang seharusnya sangat BISA diobati, dan membiarkan penyakit itu sedikit demi sedikit menggerogoti tubuh dan akhirnya mencabut nyawa penderitanya.

Jika memang sudah waktunya,… ah, bullshit!


No offence untuk Dee yang will still be my favorite writer, tapi dalam hal ini Oma harus mendebat Anda, karena menurut Oma, Dee tidak berjuang.

"September 2006 adalah momen penyadaran saya dengan Marcell, saat kami merasa bahwa hubungan kami sudah kadaluarsa. Susah sekali kalau disuruh menjelaskan: kok bisa tahu? Tapi kami sama-sama merasakan hal yang sama. Dan pada saat itulah kami memutuskan untuk belajar berpisah, saling melepaskan. Jadi, masalah intinya bukan memaafkan dan memaklumi efek apa yang terlihat, tapi menerima bahwa inilah adanya. Hubungan yang kadaluarsa. Perkembangan yang akhirnya membawa kami ke titik perpisahan. Dan, untuk sampai pada penerimaan ini, dua tahun saya jalani dengan berbagai macam cara: meditasi, penyembuhan diri, dan sebagainya, hingga kami bisa saling melepaskan dengan lapang dada, dengan baik-baik, dengan pengertian, dengan kesadaran."

Sebuah hubungan memang memiliki pasang surut. Ada kalanya kita merasa jatuh cinta, sangat jatuh cinta dengan pasangan, dan ada kalanya kita benar-benar merasa bahwa pasangan kita adalah orang yang salah, yang Tuhan salah tempatkan di sisi kita. Itulah yang, at least Oma rasakan selama hampir 8 tahun ini. Satu hari, Oma bangun pagi dan merasa bahwa I am so thankful I have him in my life. Namun, another day, Oma akan bangun pagi dan merasa benci dan berharap Oma segera putus dan punya pacar baru yang lebih ini dan lebih itu.

Apa Oma pasrah dan, meminjam kata-kata Dee, menerima bahwa inilah adanya: sebuah hubungan yang kadaluarsa? Tidak, Oma diam, merenung, memikirkan siapa yang salah, apa Oma yang salah, apa Oma mengucapkan sesuatu yang menyakiti Stefy, apa yang sebenarnya Stefy lakukan sehingga Oma menjadi begitu marah, dan berbagai macam perenungan. Apa setelah itu Oma diam dan menganggap masalah selesai tanpa adanya conflict resolution? Tidak. Oma akan menelpon Stefy (kalau Oma masih malas untuk melihat muka jeleknya) dan berusaha menyelesaikan benang-benang kusut.

Dee, meditasi, yoga, penyembuhan diri, yin yang, really don’t work for your marriage, neither will it save yours. Meditasi, penyembuhan diri, atau bagaimanapun Anda menyebutnya, itu hanya membuat Anda memaklumi dan menerima dan dibodohi oleh sebuah label bertuliskan “maaf, hubungan Anda sudah kadaluarsa”.

Apa Oma lebih pintar tentang hubungan suami istri? Apakah Oma sudah pernah mempelajari tumpukan literature tentang pernikahan? Tidak. Bahkan Oma pun masih harus menunggu 1 -3 tahun untuk memasuki sebuah gerbang bertuliskan ‘Pernikahan’. Tapi, satu yang Oma tahu, bahwa hubungan suami istri itu tidak akan pernah kadaluarsa.

So, why are you bothered, Oma? It is their marriage’s life. It is about marriage. You are not going through it right now, are you?

Karena Oma tidak terima dan tidak akan pernah mau menerima kenyataan bahwa hubungan Oma dan Stefy suatu saat akan kadaluarsa. TIDAK.

Neither my parents’

And neither yours.


picz: yahoo image & flickr

Comments

Bijuk said…
gw setuju ama Oma...working relationship might have expiry date, but love and friendship, i don't think so!
Anonymous said…
I really do agree with you :)
Oma Nia said…
thanks God I have some people agree with me. fewh,.. :)
Anonymous said…
setuju juga sama Oma ..
memang ada yang expired oma, semangat untuk berjuangnya itu yang sudah habisss ... :)
kalau sudah begitu, orang2 memang cenderung akan menyerah, kecuali mereka dapat kekuatan baru untuk berjuang, seperti dari Tuhan or rekan2 dan sahabat...

:)
Salam kenal Oma ...
Anonymous said…
Setuju. Tapi mau bilang apa kalau soal dewi lestari ama marcel.

Popular posts from this blog

What would you do if you could live another life

What would you do if you could live another life just for one day? This line is quoted from "Last Chance Harvey" . I have watched this film twice and still feel so touched everytime I watch it. Kate Walker, the main character in this film, uttered this question to Harvey Shine. In this story, both of them lived a life that is not very happy-chappy. Kate lived in a pathetic, boring life; Harvey in a screwed one. When Kate asked this question, both of them seem to ponder: what if I could live a different life, just for one day, just to try out. This question makes me ponder, too: what would I do if I was given a chance to live any kind of life I want, just for one day? Where would I be? What would I do? Who would I be? Lately I have been thinking about the life I am living right now. Everything is so well-planned. I graduated from high school, went abroad to study, came back home to work, went abroad again to do my master, working in a reasonably good organisation, and going ho

Pluralism: My Version

plu`ral-ism (-noun) condition in which minority groups participate in society, yet maintain their distinctions. Today is Chinese New Year. Being Indonesian-Born-Chinese (IBC), my family has always been taking part in this celebration. No, we were not really doing the rituals, but as a child, I always had fun hunting Hung Bao (small amount of money put in an red envelop). Another memory about Chinese New Year is it was the time when my favorite cousines came from Malang. We would play; and they would possibly have sleepover. It was my childhood. However, I cannot recall what happened when I was slightly older. But I still remember that my mom told me to be an Indonesian. She would say "Nia, you are not Chinese. You are Indonesian." Or she would remind me that I have to respect Indonesian people in spite of their attitude toward ethnic Chinese. She said "We have a confusing story. If we would say we are Chinese, we would be kicked out from this country. Thus we would prob

WSAD? (What Should Ariel Do?)

As a communication expert, we always need to be prepared for crisis communication or disaster management. If a company suffered a bad publication, or when bad things happened, like with BP’s oil spill or Toyota’s cars, the communication people need to work very hard to communicate the right message (while some other people work on to make things right) and to win the public favour again. In theory, companies need to be prepared for crisis way in advance; however not many companies did that. I believe, Ariel had also never thought that such drama would happen, but yeah, here it is, and he has to face it! So, here is my humble opinion regarding what he needs to do to clear the air: Scenario 1: Launch a single/album Celebrities, especially musicians, usually would create a drama or scandal to increase their popularity in order to promote the next movie, single, or album that would be launched. What Ariel could do is to write a song (or an album) as soon as possible and launch it! And thee